Yap.. judul diatas adalah salah satu untaian kata dari tiap kepala keluarga terhadap anaknya. (termasuk gw )
Dan itu ditanamkan kepada masing-masing anaknya dan diteruskan ke anak nya
kemudian menjadi kata-kata warisan turun temurun. Sampai ada beberapa
“pemberontak” yang tidak mengikuti hal tersebut sehingga menjadi fatal – anak
durhaka, anak tak tau diri, anak bandel dsb -- .
Orang
tua menginginkan hal terbaik untuk anaknya, menjadi pribadi yang masa depannya
cerah. Dan membanggakan dengan nilai tinggi. Ada urutan yang wajib (tidak juga
sih) atau fase yang harus dilalui anak.
Yaitu college, job, family
College (sekolah-kuliah). Fase dimana
anak dituntut untuk belajar rajin untuk
mendapatkan nilai bagus. Kuliah di perguruan tinggi dan ternama, bahkan selesai
3.5 tahun dengan cumluade. Nah, pada fase ini kita dituntut untuk mendapatkan
nilai bagus. Bahkan saat matematika jelek (padahal memang dari sananya otak
lemot dengan angka) orang tua bahkan guru melabeli dengan sebutan bodoh.
Sementara beliau jago dalam seni tidak diperhitungkan. Yang parahnya lagi semua
mata pelajaran disekolah yang jumlahnya belasan harus dikuasai semua. Apa-apaan
ini !!! emangnya otak semua orang hebat ?? kuliah juga demikian. Harus belajar
giat cepat wisuda. Karena kalau kuliah cuma prioritas tugas akhir saja. Yang lain
tidak.
Job. Menamatkan perguruan tinggi dan
bekerja. Juga dihadapkan ke problema yaitu yang banyak gajinya. Gak masalah
kalu jadi “kuli” orang asing asalkan slip gaji bulananya wah. dan banyak
manusia diluar sana yang “kaget” dengan keadaan dunia kerja yang berbanding
terbalik dengan semua teori yang dipelajari di buku atau jurnal yang didapat
dibangku kuliah.
Family. Fase dimana kita membangun
rumah tangga. Bagi yang lambat menikah pasti ditanya, kapan menikah, atau kapan
punya anak, bahkan kapan mau nambah istri?? Wkwkw. Ini adalah Situasi dimana kita lah yang berperan untuk
membina anak kita. Apalagi dengan pola yang sama. Artinya menyamakan kondisi
saat kita masih bocah-remaja-dewasa terhadap anak kita.
Kalau
begini maka hidup kita akan lurus. Satu
warna, tidak terasa, tidak menantang, dan yang pastinya tidak banyak hal yang
bisa kita ceritakan kepada anak cucu kita kelak. Begitulah kehidupan yang
biasa, tak tercatat dalam dokumen sejarah (digugel search ).
Nah,
saatnya para”pemberontak” beraksi. Sekolah memiliki segudang sarana kreatifitas
begitu juga dengan kampus yang lebih dari sekolah. Bergabung dengan berbagai
komunitas diluar sana yang menjamur. Seperti komunitas fotography, otomotif,
dance, komunitas seni. Prestasi bukan hanya dengan nilai yang tinggi di dalam
rapor, atau transkip nilai. Bahkan (kalau jaman kuliah) itu bisa duluan junior
wisuda daripada kita. Dan seringkali para orang tua menyalahkan dan menekan
anak mereka tanpa melihat prestasi diluar akademik. Perlu disadari bukan dengan
angka dan statistik saja , Tapi dengan keahlian dan kematangan diri.
Pardon
me.., gw bukannya menyalahkan orang tua. Sudah sangat pasti mereka ingin
terbaik bagi masa depan kita. Orang tua mana yang ingin anaknya hancur. Tidak
ada !! singa yang sadis saja sayang anaknya. Beda dengan kucing jinak yang mau
makan anaknya sendiri. Tapi yang digaris bawahi adalah dukungan para orang tua.
Mendukung setiap anak untuk bebas berkarya dan belajar “apapun” yang
diinginkan. Dan yang pastinya ikut berperan aktif demi kebahagiaan kedua belah
pihak. Lets say WE ARE DONE WITH THIS
ORDINARY LIFE.
Keep moving for
adventures. this is our life, make it a history !!
Game Online... GabunG : ke F4n583771nG Pendaftaran Free ^o^
ReplyDelete