Sunday, February 23, 2014

Gue dan cebisan masa kecil

Gue lahir tanggal 3 september 1990, bintang gue virgo, tapi entah apa kaitan dengan bintang, gue nggak terlalu memperdulikan status kebintangan gue. Gue adalah anak ke empat dari 5 saudara, dan kadang gue berpikir gue bukan anak yang diharapkan, bagaimana tidak, setelah 6 tahun umur abang gue, baru ibu hamil lagi dan gue lahir, sedangkan rata-rata jarak antara kakak gue cuma 3 tahun, dan adek gue 2 tahun. Kenapa gue jauh ?? sempat berpikir yang tidak tidak, tapi setelah sebesar ini, dan sedewasa ini, eeehaaaaa,  gue merasa gue anak yang paling disayangi, semuanya gue dapatin, apapun yang gue mau (kecuali wanita ya !!) dan sejak gue lahir perekonomian keluarga mulai membaik meskipun dulunya sempat di diagnosa sama “bidan kampung” (itu loh yang tukan urut dan bantu persalinan kalo dikampung) gue kayak nggak bisa bertahan lama, sakit sakitan, dan tak beres, tp alhamdulillah  masih bisa bertahan sampai umur segini.

Dari kecil gue yang paling banyak minum susu daripada sodara-sodara gue, baik asi, dan susu kalengan, kaleng-kaleng susu itu masih ada di gudang rumah, dan itu tandanya gue demen nyusu (jangan berpikir jorok!!!), alhasil, waktu kecil gue tumbuh menjadi gemuk dan paling besar diantara anak-anak seumuran gue, yap, itu yang membuat anak-anak lain pada takut melihat gue pas posyandu. Tapi jangan salah, sebenarnya gue anaknya cengeng dan penakut, buktinya ketika belum bisa jalan secara normal, dulu pakai kursi roda anak-anak, dan sangking iseng dengan rasa ingin tahu tingkat dewa, gue pernah narik termos yang isinya air panas, kebetulan baru diisi dan belum ditutup, yap, bisa dibayangkan, sekujur badan gue tersiram air panas, dan melepuh, untungnya (kuasa allah) muka gue nggak kena, seandainya muka gue ikutan kena air panas, hilang aset gue satu-satunya, allah berkehendak lain, dia menjaga wajah ganteng gue, (alhamdulillah). Menurut cerita ibu, semua keluarga pada shock, melihat kondisi gue, kakak, abang, paman, nenek, tak kuasa menahan air mata, bingung, dan tak tahu berbuat apa-apa, termasuk ibu gue yang terdiam terpaku, padahal mungkin gue Cuma joget-joget ala caesar dan bilang “gak sakit, gak sakit, gak sakit” hahahaha, ada ada aja, tp pastinya gue menangis sampai level suara yang terakhir, hikss, untung waktu kecil jadi nggak tau deh. Ayah adalah orang yang paling bijaksana, dialah yang menerapkan P3K, dan akhirnya membawa ke puskesmas terdekat. Thanks dad, for everything yo did for me. Meskipun sejak hari itu masih ada cebisan putih “peta” hasil dari siraman air panas di dada gue Sampai sekarang.

Seperti yang gue bilang diatas gue adalah satu-satunya anak yang dapat apapun dari ayah gue. Gue dibelikan sepeda kecil, warna hitam, walaupun belum bisa naik sepeda tapi gue sekedar dorong aja di impres (sebutan halaman sekolah SD ) yang memang tiap sore ramai pemuda/pemudi main bola voly). Pengalamannya, gue pernah masuk ke parit 2 kali, waktu itu belum bisa berenang. Jadi 2 kali abang gue yang terjun menyelamatkan gue, abang gue yang terbaik !!!! gue masih ingat, ketikan gue jatuh, yang ada dala pikiran gue adalah gimana caranya agar sepeda gue nggak hilang, jadi saat tenggelam, gue hanya pegangan sam sepeda, sampai abang gue narik narik tangan gue buat lepasin, gue sampai menitikkan air mata kalau ingat itu, perasaan bersalah seandainya sepeda gue rusak atau hilang, maklum belum bisa berpikir layaknya pria dewasa, padahal tu sepeda nggak bakalan hilang juga kok dalam air, arusnya aja nggak deras. Dan yang lebih parahnya, tulang bahu kiri gue pernah hampir patah gara-gara jatuh dari sepeda menghantam tunggul kayu, tau kan?? Itu pohon yang ditebang tapi akar masih ada, untung ada shinse cina ngobatin tulang gue, meski sampai sekaran masih aja agak bengkok sebelah kiri.
Gue paling senang berpetualangan, pulang SD, makan, dan langsung kabur bawa ketapel kalau bahasa kami itu (lastik) , ikut teman-teman main kehutan (kebun orang yang terbengkalai masih banyak pohon tinggi dan semak-semak yang menjulang). Disana kami berburu burung, apa saja yang bisa di tembak, kami tembak, beradu keakuratan, bahkan kami bawa pisau lipat kecil, garam, dan korek api, nggak tau burung apa yang kami temui, jatuh, sembelih, bakar-bakar, dan pesta makan-makan. Dan yang serunya adalah main tarzan, panjat pohon ada kayak tali dipegang, lalu auoooooooooo, sampai jatuh, tai tak ada rasa sakit meski kaki banyak tergores kayu, ketika tertawa tidak ada rasa sakit yang begitu berarti. Ketika hari sudah sore baru kami pulang dan gue pastinya dimarahi, ya meskipun dimarahi, gue hanya diem dan akan berbuat lagi.

Kalau malam harinya hujan deras, dan akan banjir, gue juga ikutan senang, bisa berenang di parit waktu itu udah jago berenang, lompat tinggi, bahkan salto terjun ke air, soalnya seru ramai-ramai berenang, jadi pulang sekolah gue langsung pergi berenang dengan teman teman, dan ada suatu ketika yang buat gue kapok berenang adalah, kebetulan gue berenang telanjang hampir 2 jam di parit, baju kami diambil warga, kami manggil dia dengan sebutan “angah” . gara-gara itu kami mengambil baju dirumah beliau yang agak jauh dari lokasi kami mandi, bayangkan dengan berbugil ria, kami menuju rumah dia dan anaknya yang perempuan tapi masih kecil yang menanyakan dengan keheranan mungkin pikir dia knapa makhluk telanjang datang kerumah dia, malu dilihat orang dengan tubuh telanjang belum sunat lari-lari dijalan, hahaha, ngakak kalau lihat itu. Jadi dibuat lah perjanjian supaya kami tidak berenang lagi, karna bikin air parit keruh (rata-rata orang menggunakan air itu untuk keperluan mandi, mencuci dan sebagainya). Iya. Memang benar, sejak hari itu gue nggak mau berenang lagi, kapok !!!

Gue paling suka main bola kaki, tapi sayangnya tak pernah diizinkan oleh ibu, karena ibu khawatir, takutnya kaki gue kenapa-kenapa. Jadi diam-diam gue main aja, maklum, kalau udah ngumpul dengan teman-teman, gue sampe lupa diri (tapi nama sendiri gue nggak bakalan lupa kok hehehe). Sialnya, suatu hari pas jam istirahat sekolah, kami bermain bola kaki di lapangan sekolah. Karena gue nggak mau banyak keringet (maklum bau hehee), gue jadi kiper aja, kayak dapit de jea (kiper MU hahaha). Tapi sialnya hari itu, temen gue Hendrik “nge-shoot” bola dengan keras pas depan gue, jadi gue hadang dengan dua telapak tangan didepan dada gue ala jurus tapak budha, dan akhirnya KRAAAAKK,, tangan kanan gue terkilir (tp untungnya nggak gol haha), gue mengaduh, langsung duduk di pinggir minta carikan air minum, sumpah sakit banget men !!! akhirnya setelah guru tahu kejadiannya, gue disuruh pulang. Memang sih gue nggak dimarah hanya saja diomelin (jiaaahhh sama aja kali). Yang paling menyakitkan adalah ketika diurut sama mak erot eh salah, sama nenek gayung, eh, maksudnya nenek tukang urut, gue nangis sejadi-jadinya. Itu lebih sakit daripada sunatan, eh waktu itu belum sunat hahah, maksudnya daripada pas terkilir kemaren. Setelah sembuh 2 mingguan gue main lagi, namanya anak yang bandel, jadi gue main sebagai penyerang (gara-gara kapok jadi kiper), jadi asik-asik main entah bagaimana ceritanya, gue jatuh dan alhasil tangan kanan gue lagi-lagi terkilir, dan tebak  sendiri lah apa endingnya, makanya tulisan tangan gue seperti mi instan, jelek, gara-gara tangan gue nggak bener, (cari alibi hahahaha)

Eniwei, gue cukupkan sampai disin dulu ceritanya, next time akan berlajut ke cerita masa kecil gue.

1 comment:

  1. Ntapzz jiwaaaa... Wkwkwkwkwk.. Ketawa g karuan bacanya cuyy
    Lawake lawake

    ReplyDelete