Dan gue juga nggak tau kenapa mulai
dari inilah kayaknya gue ditarik dengan sebuah aura yang begitu memukau dimata
gue. Iya, senang melihat “penampakan” teman SD gue, well, namanya S*** R**** S***. Dia dari kampung sebelah, dan kalo gue nggak sekolah di SD 073 (sekarang
SD 16) mungkin ceritanya akan berbeda. Seperti yang gue bilang sebelumnya,
berawal dari ejek-mengejek antara satu sama lain, maka timbul semacam daya
tarikan yang mengundang hati untuk terpaut, eeeehaaaaa...
Masih terbayang di benak gue, kalau gue sedang ngobrol sama cewek pasti langsung di ejek, atau paling nggak dilihatin sama orang sambil senyum-senyum yang nggak jelas apa maksudnya. Ada tiga teman cewek kelas gue (kebetulan gue ketua kelas) yang kalau gue dekat pasti di ejek, I***, D**, dan S***, trio cewek cantik dikelas gue, tapi gue demen nya Cuma sama sari, eeehaaaaa, hihihi. Tapi gue jarang duduk sambil cerita-cerita sama sari, gue malu, dan sepertinya dia juga, soalnya setiap kali dekat, pasti diejek dan heboh satu kelas.
Suatu hari, entah ide datangnya dari mana gue juga nggak tau, dan “mungkin” memang alami atas dasar instingnya anak manusia. Gue nulis surat ke dia, yang isinya “apakabar, gmana PR matematika? Dll. Gue remukkan tu kertas, dan sepulang sekolah gue kasih ke dia, dan besoknya dia balas surat gue dengan cara yang sama tanpa diketahui teman gue, hanya saja teman dia senyum-senyum melihat kami, dan gue yakin pasti dia cerita ke temannya. Memang habitat cewek suka cerita !!! dan hari selanjutnya gue nulis surat lagi untuk dia, dan isinya lebih ekstrem.
“Bandung
dulu baru jakarta
Senyum dulu
baru dibaca”
isinya
ngalor ngidul tapi jelas, yang intinya gue suka sama dia
penutup, gue
tulis pantun lagi
“pecah kaca
pecah gelas
Lepas baca
harap dibalas”
Sumpah, gue juga nggak tau kenapa
bisa nulis yang kayak begituan, ide dari siapa juga nggak tau. Rasanya itu
pantun paling ngetrend pada jamannya. Dan ketika dia balas isinya sebenarnya
lirik lagu malaysia, “niat hati tak nak berpisah” by arrow. Dan karena gue pada waktu itu nggak
itu lagu seperti apa, gue tanyain teman gue memang sih awalnya diajari cara
nyanyinya, entah setan oon dari mana gue bilang ini dari S***, sontak teman gue
ketawa terpingkal-pingkal dan semuanya heboh dari mulut ke mulut. Kalau gue
pacaran sama S***, gue mah biasa aja, soalnya udah biasa di ejek. Yang kasian
adalah dia, karena hari itu hari yang mungkin memalukan bagi dia, hehe
Seminggu setelah kejadian itu, dan kondisi sudah mulai mereda dari hiruk-pikuk ejekan teman, pada malam hari, gue mulai menulis lagi sebuah surat untuknya yang lebih dan sangat ekstrem buat gue pada waktu itu
“kaulah
bintangku”
“kaulah
bulanku”
“kaulah
matahariku”
Dan gue lupa
apa lagi kelanjutannya, tapi besoknya pas di cari surat yang akan gue berikan
ternyata nggak ada, hilang entah kemana. Gue nggak punya firasat buruk untuk
itu, dan setelah gue pulang sekolah, gue buat lagi surat yang baru, yang isinya
masih sama Cuma agak berbeda( mana bisa nulis surat yang sama persis isinya).
Dan sorenya, buku yang gue tulis surat didalamnya juga raib, aneh kan??, jadi
gue nanya ke abang gue, “bang buku adek kok tak hilang, ada liat ga, mungkin
lupa taruh dimana”, yang gue kesal, malu, dan tak berkutik adalah ketika abang
gue bilang, “oo, yang ada surat cinta tu ya?” “haaaahh” sontak aja gue kaget
setengah mati, malu gue, dan ceritanya gini, abang gue curiga dengan aktiivitas
gue, dan dia yang nyembunyiin surat pertama dan surat kedua yang gue tulis ulang.
Gue nggak nyangka ternyata abang gue sendiri,dan dia juga udah setengah “ember”
cerita ke kakak dan juga ibu. Memang ketibaan sial, sungguh menyesakkan ketika
ibu mulai menasehati, kakak juga, dan abang gue yang senyum-senyum manyun penuh
kemenangan, kampreeeeeeeeeeettt..
!!!!!!,
sejak hari itu gue kapok nulis surat dirumah gue, alhasil, gue bikin “rumah sendiri” di atas pohon rambutan depan rumah gue (sekarang udah nggak ada) jadi gue kumpulin kepingan papan kayu, gue susun diantara cabang-cabang pohon, dan jadilah rumah pohon alakadarnya yang Cuma muat ukuran 2 orang, dengan bobot anak kecil kayak gue, kalo ayah yang naik pasti patah, hehehe. Dan disitulah segala inspirasi gue datang, ngerjain PR, bikin surat lagi, tapi sayangnya surat-surat yang gue bikin nggak pernah gue kirim lagi, nggak tau kenapa alasannya waktu itu, entah karena malu, atau trauma, tapi yang jelas gue menyadari kalau wanita punya daya tariknya sendiri,
sejak hari itu gue kapok nulis surat dirumah gue, alhasil, gue bikin “rumah sendiri” di atas pohon rambutan depan rumah gue (sekarang udah nggak ada) jadi gue kumpulin kepingan papan kayu, gue susun diantara cabang-cabang pohon, dan jadilah rumah pohon alakadarnya yang Cuma muat ukuran 2 orang, dengan bobot anak kecil kayak gue, kalo ayah yang naik pasti patah, hehehe. Dan disitulah segala inspirasi gue datang, ngerjain PR, bikin surat lagi, tapi sayangnya surat-surat yang gue bikin nggak pernah gue kirim lagi, nggak tau kenapa alasannya waktu itu, entah karena malu, atau trauma, tapi yang jelas gue menyadari kalau wanita punya daya tariknya sendiri,
Anyway, karena rumah gue depan sekolah SD hanya 100 meter, dan rumah dia jauh, keluar dari gerbang sekolah kami beda arah, gue ke kiri, dia kekanan, jadi gue nggak pernah lagi punya waktu buat jalan bareng(waktu itu rata-rata jalan kaki), jadi kebersamaan dengan dia hanya di dalam kelas dan itupun sudah jaga jarak biar nggak di ejek. Jadi mungkin “cinta SD” pun udah mulai luntur. Makanya nggak ada kelanjutannya antara kami berdua. Tamat SD kami melanjutkan ke sekolah yang sama, MTsn Sungai Cina. Tapi beda kelas, dan sekolah baru dengan orang baru tentu ada yang baru, ternyata dunia ini luas, dan masih banyak yang “cantik diluar sana”. Cerita tentang Sekolah baru akan gue lanjutin di lain judul.
Hmm. Kalau nggak salah sekarang dia udah tunangan, jadi mudah-mudahan aja dia dapat yang terbaik, dan gue dapat yang lebih baik, ahahaha, sayangnya foto selfie gue sama dia waktu SD nggak tau dimana, kalo ada udah gue attach disini,, byee !!
well, Thanks vroh.. :D
ReplyDelete